Langsung ke konten utama

Pekerjaan adalah Karya Tuhan


Menjadi seorang dosen perempuan di Program Studi Teknik Arsitektur merupakan pengalaman dan keistimewaan tersendiri bagi Prof. Liliani (gelar). Ia tetap setia dan masih berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengajaran di UK Petra ini sejak tahun 1984.  Perempuan yang mempunyai dua anak ini ingin menjalin relasi dengan para mahasiswa didikannya. “Pengalaman saya menjadi seorang dosen, seperti mengasuh anak dalam jumlah yang besar. Saya memposisikan diri saya sebagai seorang sahabat untuk berbagi. Beberapa mahasiswa wali saya juga tak segan untuk menceritakan keluh kesah mereka, dan jika saya melihat seorang anak yang nakal sekalipun akan saya ajak diskusi. Bukannya malah memarahi mereka,” kenangnya.
                Perempuan yang kala itu (11/3) mengenakan kemeja putih juga membagi kisah hidupnya kepada tim Dwi Pekan. Setelah menyelesaikan pendidikan di bangku SMA, ia ingin melanjutkan pendidikannya di akademi gizi. Namun, Tuhan berkata lain. Ia harus tetap mengembangkan talentanya di dunia seni atau gambar. “Kalau di arsitektur itu teamworknya lebih terasa,” ungkapnya. Sejak SMA pun, ia memang sudah aktif dalam dunia pengajaran yaitu menjadi seorang guru sekolah minggu.
                Pengalamannya saat SMA hingga kuliah membuatnya belajar banyak hal dalam berelasi dengan orang lain. Maka dari itu, ketika ia terjun di dunia pendidikan untuk menjadi dosen, ia tidak berhenti hanya untuk mengajar, tetapi ia juga ingin mengabdi pada masyarakat dan lingkungan sekitar UK Petra. “Pagi itu beberapa tahun yang lalu, Prof. Rolly (gelar) menghubungi saya. Saya pun langsung menemui beliau di ruangannya. Saya mendapatkan tanggungjawab baru untuk menjadi kepala di Lembaga Penjaminan Mutu atau Lembaga Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat. Saya pun memutuskan untuk menjadi kepala LPPM, karena memang sudah jiwa saya untuk menjalin relasi dengan orang banyak. Apalagi saat itu penelitian abdimas belum berkembang. Saya ingin memotivasi seseorang dan membantu mereka,” tutur perempuan yang mempunyai motto hidup yaitu lakukan segala sesuatu dengan tulus dan jangan menunda pekerjaan ini.
                Lalu, bagaimana dengan hubungan Prof Liliani dengan keluarga? Apakah terbengkalai karena, begitu banyaknya kegiatan yang ia lakukan di UK Petra? Ternyata tidak sama sekali. Ia termasuk orang yang displin waktu dan selalu mengutamakan keluarga. Ia tidak mau melewatkan waktu begitu saja dengan anak-anaknya saat menginjak remaja, ia selallu mendampingi dan pulang sebelum anak-anaknya pulang. Tetapi, saat anak-anaknya sudah dewasa, ia pun merasa anak-anaknya mempunyai kesibukan sendiri. “Walau pun anak saya sudah pada kuliah, saya masih konsisten untuk selesai bekerja pada pukul 15.30, setelah itu saya sudah berada di rumah. Selain itu, tiap pagi saya masih tetap menyiapkan sarapan dan bekal bagi mereka. Intinya dalam keluarga kami, harus meluangkan waktu setidaknya untuk sarapan bersama, makan malam bersama dan doa malam bersama. Jadi, di tiap harinya harus ada waktu untuk kebersamaan dalam keluarga dan saling sharing” ucapnya dengan tersenyum.
                Perempuan yang ingin menulis buku rohani ini, ingin menjadi anak kesayangan Tuhan, karena kehidupannya sangat terberkati dan Tuhan memberikan banyak mujizat ketika ia membutuhkan pertolonganNya. Di akhir kesempatan berbincang dengan Prof Liliani (gelar) ia pun berkata bahwa, “Jangan sampai mengecewakan Tuhan. Apalagi Tuhan telah memberikan kita pekerjaan. Dari pekerjaan itu bisa menjadi kesaksian bahwa Tuhan berkarya dalam hidup kita. Jadi, lakukan dengan tulus dan jangan pamrih atau mengharapkan pujian. Tapi, suatu saat pasti kita akan mendapatkan itu dari Tuhan,” tutupnya. (Roz)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buah dari Sebuah Ketaatan Graha Bethany Nginden On Story

“Kita harus senantiasa membutuhkan Tuhan dalam berbagai keadaan baik dalam keadaan sukses maupun saat mengalami pergumulan, karena itu merupakan kerinduan Tuhan agar umatNya membutuhkan Dia. Oleh kemurahan Tuhan sehingga sampai saat ini saya masih melayani Tuhan.” dalam Khotbah Pdt. Abraham Alex Tanuseputra  bulan Maret. Bethany Church of God berawal di jalan Manyar Sindharu II/4 (sekarang bernama Manyar Rejo) pada tahun 1977 dan ibadah dilakukan di dalam sebuah garasi rumah serta memiliki jemaat mula-mula kurang lebih tujuh orang. “Perkembangan jemaat sangat pesat, hingga mencapai ratusan dalam waktu satu tahun saja. Lalu, Pdt. Abraham Alex Tanuseputra pun memutuskan untuk mendirikan tempat ibadah di Manyar Rejo I/29 yang saat ini bernama Bethany Manyar,” papar Pdt. Alexander Yunus Irwantono selaku kesekretariatan Graha Bethany Nginden. Pada 24 Desember 2011 lalu, Pdt. Aswin Tanuseputra memberikan kesaksian mengenai Kebesaran Tuhan dalam keluargaNya. “Andreas Tanuseputra adalah adi

Keharmonisan dalam Sebuah Perbedaan

[Photobooth at Our Wedding Day]             Kisah ini tidak-lah mudah dan mulus seperti yang telah kalian semua lihat dan bayangkan. Tepat setahun lalu 01 Oktober 2016, kami berdua mengikrarkan janji suci, sehidup semati di hadapan Altar Kudus-Mu, Tuhan. Namun, dibalik itu semua ada sebuah perjuangan, pengorbanan, tangisan dan tawa dalam perjalanan cinta murni dan tulus antara diriku dan dirinya.             Kami berdua tidak pernah menduga sebelumnya bahwa banyaknya perbedaan yang ada malah menjadikan kami lebih kuat dan lebih yakin untuk menjalani perjalanan cinta ini. Padahal jika dipikir-pikir lagi perbedaan kami tidaklah satu saja, ada A B C dan D. Ada empat perbedaan mendasar dalam hubungan ini. Banyak pihak yang tidak menyetujui hubungan ini. Dua belah pihak keluarga besar pun sangat menentang hubungan ini. Padahal kekuatan cinta kami begitu besar, namun mengapa mereka tidak percaya dan menentangnya? Ya.. namanya juga orangtua pasti mau yang terbaik bagi anak mereka.

KENIKMATAN DUNIAWI VS KEHIDUPAN KEKAL

Hidup ini begitu manis dan indah untuk dijalani. Adapun kenikmatan duniawi yang sering menggoda kita sebagai manusia yang ingin mencoba segala hal. Begitu nikmat kita rasakan, hingga tak menyadari kita telah berbuat dosa. Tak ada dosa kecil maupun dosa besar, semua dosa sama di mata Tuhan. Seringkali kita merasa kita tak pernah berbuat salah, kita rajin doa, rajin ke gereja, menolong sesama dan beramal. Tapi, tanpa kita sadari. Kita pun pernah jatuh dalam dosa. Saat ingin menolong sesama, kita selalu melakukannya dihadapan orang lain. Agar, kita mendapat pujian. Kita berdoa, tapi malah marah-marah, mengeluh pada Tuhan, minta ini dan itu. Coba kita renungkan Efesus 5:3-5. ”..Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosomg atau yang sembrono- karena hal-hal ini tidak pantas- tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur..” Sekalipun kita berkata-kata kotor dalam hati, Tuhan sudah mengetahuinya. Segala sesuatu yang tersembunyi akan terlihat oleh Tuhan. Efesus 5:17 ”Sebab itu janganlah kamu bodoh,